Dero.desa.id - Enthung, atau yang dikenal dengan nama ungker, merupakan makanan ekstrem yang dikonsumsi oleh masyarakat di beberapa daerah di Indonesia, seperti Jawa, Madura, dan Sulawesi. Enthung merupakan kepompong dari ulat jati (Hyblaea puera) yang hidup di pohon jati.
Enthung mulai bermunculan pada bulan November dan Desember, bertepatan dengan musim penghujan. Pada saat itu, ulat jati akan berubah menjadi kepompong dan berjatuhan dari pohon jati.
Masyarakat setempat memanfaatkan enthung sebagai sumber protein hewani. Enthung mengandung protein yang cukup tinggi, yaitu sekitar 25-30%. Selain itu, enthung juga mengandung karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral.
Enthung dapat diolah menjadi berbagai macam masakan, seperti tumis, sayur lodeh, sayur asem-asem, balado, rempeyek, keripik, dan rica-rica. Rasa enthung yang gurih dan renyah menjadi daya tarik tersendiri bagi para pecinta makanan ekstrem.
Didik (44), warga Desa Dero, Kecamatan Bringin, Kabupaten Ngawi, merupakan salah satu penikmat enthung. Ia mengatakan, enthung merupakan makanan yang lezat dan bergizi.
"Enthung rasanya gurih dan renyah. Selain itu, enthung juga mengandung banyak protein," kata Didik.
Ia menjelaskan, enthung biasanya diolah dengan cara ditumis atau digoreng. Namun, ada juga yang mengolah enthung menjadi sayur lodeh atau sayur asem-asem.
Didik menambahkan, enthung tidak boleh dikonsumsi secara berlebihan. Hal ini karena enthung mengandung zat beracun yang dapat menyebabkan gatal-gatal di sekujur tubuh.
"Enthung boleh dikonsumsi, tapi jangan berlebihan. Kalau berlebihan, bisa menyebabkan gatal-gatal," pungkasnya.
Baca Juga Berita Sebelumnya: