Dero.desa.id - Tanaman padi di persawahan Desa Dero, Kecamatan Bringin, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, terancam mati akibat kekeringan. Tanah tanaman padi itu sudah retak dan kering kerontang karena dua minggu lebih tak turun hujan. Petani hanya bisa mengandalkan air dari mesin sibel meski biaya membengkak.
Salah satunya, lahan yang digarap Puryanto (52), petani desa setempat. Dia mengaku menghabiskan Rp100.000 per hari untuk membeli pulsa listrik agar menyala selama 12 jam. Air nyaris dinyalakan setiap hari untuk mengairi sawah. Namun, itu tidak cukup.
"Meski sudah diairi selama 12 jam lebih, namun kondisi tanah masih sangat kering. Hal ini dapat dilihat dari retakan-retakan yang terjadi pada permukaan tanah. Petani hanya bisa mengandalkan air dari mesin sibel, namun biayanya sangat tinggi. Untuk lahan seluas 1 hektar, biaya yang dikeluarkan bisa mencapai Rp200.000 per hari," kata Puryanto, Jumat (22/12).
Tak hanya Puryanto, Maridin petani lainnya pun mengeluhkan hal yang sama. Dirinya hanya berharap agar segera hujan. Jika tidak hujan, dia mengharap agar tidak sampai gagal panen. Bagaimanapun, dia tetap berusaha mengairi sawahnya agar tidak mati.
"Ya pengennya segera ada hujan. Karena sudah dua minggu gak hujan saja ya jadinya begini. Harapannya jangan sampai sawah ini mati. Ya kami berusaha terus saja, ya beli pulsa listrik supaya bisa mengairi sawah pakai sibel," kata Maridin.
Para petani berharap agar segera turun hujan. Sehingga, tanaman mereka tidak mati. Jika sampai telat mengairi sawah, maka tanaman padi bisa mati padahal mereka sudah keluar banyak biaya.
Baca Juga Berita Sebelumnya: