SELAMAT DATANG DI WEBSITE RESMI PEMERINTAH DESA DERO KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN NGAWI PROVINSI JAWA TIMUR . INI ADALAH RUANG MEDIA INFORMASI DESA SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI DAN KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK. JANGAN LUPA SELALU IKUTI WEBSITE DAN MEDIA SOSIAL KAMI UNTUK UPDATE INFORMASI DALAM PENYELENGGARAN PEMERINTAHAN DI DESA DERO DAN INFORMASI ATAU BERITA LAINNYA.

Artikel

Menyingkap Makna di Balik Asap Kemenyan dalam Tradisi Methil di Desa Dero

07 Juli 2025 22:49:03  Suparno Wo Thekle  87 Kali Dibaca  Berita Desa

Dero.desa.id – Di tengah pesatnya arus modernisasi dan kemajuan teknologi di sektor pertanian, sebagian masyarakat Kabupaten Ngawi tetap setia memegang teguh nilai-nilai tradisi leluhur. Salah satu tradisi yang masih hidup dan lestari hingga kini adalah methil atau boyong padi, sebuah ritual syukur yang dilakukan petani sebelum memulai panen padi.

Methil merupakan ritual sederhana namun sarat makna. Berbeda dengan kenduri pada umumnya yang dilakukan di rumah atau balai desa, methil dilakukan langsung di petak sawah masing-masing, tepat di tempat di mana tanaman padi tumbuh dan siap dipanen. Tradisi ini menjadi bentuk ungkapan rasa syukur para petani kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas hasil panen yang melimpah dan bebas dari serangan hama.

Salah satu pelestari tradisi methil adalah Suparman (55), warga Dusun Tegal Duwur, Desa Dero, Kecamatan Bringin, Kabupaten Ngawi. Setiap musim panen tiba, ia tak pernah absen menggelar ritual ini di sawah miliknya. Bersama dengan keluarganya, ia menyiapkan berbagai sajian tradisional seperti nasi putih, ingkung ayam kampung, kerupuk, lauk-pauk, serta daun pisang dan daun jati sebagai alas hidangan. Sebelum doa dipanjatkan, merang dan kemenyan dibakar sebagai simbol permohonan restu dan perlindungan.

Senada dengan Suparman, Kepala Dusun Tegal Duwur, Suparno (42), juga masih rutin menjalankan tradisi methil. Menurutnya, methil bukan sekadar warisan nenek moyang, tetapi juga merupakan bentuk penghormatan terhadap alam dan Sang Pencipta. “Methil adalah cara kami bersyukur, bukan hanya atas hasil panen, tetapi juga atas keselamatan, kesejahteraan, dan ketenteraman hidup,” ujarnya saat ditemui di sawah, Senin pagi (07/7).

Lebih dari sekadar ritual, methil juga memiliki nilai spiritual dan sosial yang tinggi. Tradisi ini mencerminkan kedekatan manusia dengan alam, serta menumbuhkan kesadaran bahwa hasil bumi adalah anugerah yang tidak bisa dipisahkan dari kekuatan ilahi. Tak heran, meskipun zaman terus berubah, tradisi ini masih terus dijaga oleh sebagian petani di Ngawi.

Suparno menambahkan, methil juga menjadi ajang mempererat hubungan antarwarga. Meskipun dilakukan secara pribadi, semangat gotong royong dan kebersamaan tetap terasa. “Kami berharap generasi muda tetap mengenal dan melestarikan tradisi ini. Jangan sampai methil hanya tinggal cerita,” harapnya.

Tradisi methil menjadi bukti bahwa di tengah perubahan zaman, masyarakat pedesaan masih memiliki cara tersendiri untuk menjaga harmoni dengan alam dan spiritualitas. Ia adalah bagian dari kekayaan budaya yang tak ternilai, yang perlu terus dipertahankan sebagai identitas lokal dan sumber kebijaksanaan hidup.

Dengan semangat pelestarian dan kesadaran budaya yang tinggi, tradisi methil di Desa Dero menunjukkan bahwa warisan leluhur bukanlah beban masa lalu, melainkan jembatan menuju masa depan yang lebih berakar dan bermakna.

Baca Juga Berita Sebelumnya:

Kirim Komentar


Nama
No. Hp
E-mail
Isi Pesan
  CAPTCHA Image  
 

 Komentar

 Arsip Artikel

 Facebook

 Pemerintah Desa

 WhatsApp Center Desa Dero

 class= ,

 Statistik

 Sinergi Program

DTKS Tentang OpenSID
LAPOR Kemendesa

 Peta Lokasi Kantor


Kantor Desa
Alamat : Jln Waduk Pondok KM 03
Desa : Dero
Kecamatan : Bringin
Kabupaten : Ngawi
Kodepos : 63285
Telepon : 0
Email : dero@ngawikab.id

 Peta Wilayah Desa

 Statistik Pengunjung

  • Hari ini:3.842
    Kemarin:6.698
    Total Pengunjung:7.010.610
    Sistem Operasi:Unknown Platform
    IP Address:216.73.216.108
    Browser:Mozilla 5.0