Dero.desa.id - Meskipun zaman sudah semakin modern, sebagian kecil masyarakat di Ngawi ternyata masih menjalankan tradisi warisan leluhur. Salah satunya adalah tradisi methil atau boyong padi yang masih dipegang teguh oleh beberapa petani setempat. Di Desa Dero, Kecamatan Bringin, Ngawi, Suparno, seorang petani yang tinggal di Dusun Tegal Duwur, masih rutin menjalankan tradisi methil setiap musim panen tiba.
Methil adalah sebuah ritual kecil-kecilan yang dilakukan di tengah sawah sebelum panen padi. Acara ini mirip dengan kenduren atau kondangan pada umumnya, namun dilakukan oleh setiap petani di petak sawah masing-masing. Dalam upacara methil, petani menyiapkan nasi, ingkung ayam, kerupuk, dan lauk-pauk lengkap. Semua hidangan tersebut diletakkan di daun pisang dan daun jati, kemudian diberi merang dan kemenyan yang dibakar terlebih dahulu sebelum didoakan bersama.
Berita Terkait:
"Tradisi methil padi adalah wujud syukur kita kepada Mbok Dewi Sri. Ini sebagai bentuk rasa syukur atas padi yang akan dipanen," ungkap Suparno pada Minggu (09/7).
Suparno menjelaskan bahwa tradisi methil merupakan warisan leluhur yang telah dijalankan turun temurun. Tujuannya adalah sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah yang telah memberikan nikmat atas hasil padi yang berkualitas dan panen melimpah, serta menjauhkannya dari hama yang dapat merusak tanaman.
"Orang Jawa mempercayai bahwa methil ini akan memberikan kebahagiaan dan manfaat bagi pemilik sawah. Kita membawa boyong Mbok Sri ke rumah agar padi kita menjadi baik, memberikan kebahagiaan, dan bermanfaat," jelasnya.
Menurut Suparno, yang juga menjabat sebagai Kepala Dusun Tegal Duwur, tradisi methil juga merupakan sarana yang digunakan oleh leluhur dahulu untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Tujuannya adalah untuk memohon keselamatan, kelancaran, dan menjauhkan tanaman padi dari bahaya serta hama penyakit.
"Tradisi ini merupakan sarana untuk berdoa dan bersyukur karena tanaman padi kita terjaga dari penyakit. Tradisi ini harus dijaga dengan baik, karena kita sebagai orang Jawa memohon berkah kepada Sang Pencipta yang memberikan rezeki melalui padi di sawah ini," tambahnya.
Suparno juga menceritakan bahwa di Dusun Tegal Duwur, umumnya di Desa Dero, masih banyak orang yang menjalankan tradisi seperti ini. Tradisi ini telah ada sejak lama dan mereka berharap agar Tuhan selalu melindungi tanaman padi petani dan menjauhkannya dari hama penyakit.
Suparno berharap agar tradisi methil tetap dijaga dan dilestarikan, sehingga generasi mendatang dapat menghargai kekayaan budaya mereka dan menghormati tradisi nenek moyang mereka. Ia berharap bahwa tradisi ini akan terus diteruskan oleh generasi selanjutnya agar warisan budaya yang berharga ini tidak hilang ditelan waktu.
Baca Juga Berita Sebelumnya: