Dero.desa.id - Seni Cokekan, sebuah warisan budaya Jawa yang masih lestari di Kabupaten Ngawi dan sekitarnya. Pertunjukan seni ini biasanya ditampilkan dalam upacara tradisional di pedesaan, seperti pernikahan atau hajatan lainnya.
Namun, seiring waktu, para pecinta seni Cokekan menyadari bahwa alat musik yang digunakan masih kurang lengkap. Hal ini membuat pertunjukan Cokekan dirasa kurang sempurna.
Oleh karena itu, mereka menambahkan satu alat musik baru, yaitu gender. Selain itu, gong logam diganti dengan gong bambu yang dipukul. Penggunaan alat musik bambu dipilih karena tidak semua masyarakat mampu membuat gong logam.
Salah satu contoh pertunjukan Cokekan dapat dilihat di Dusun Tegal Duwur, Desa Dero, Kecamatan Bringin, Ngawi. Bu Sutarmi, yang sedang menggelar hajatan pernikahan anaknya, mengundang seni karawitan Cokekan untuk menghibur para tamu pada Selasa (30/4) malam
"Seni Cokekan ini sudah ada sejak lama dan merupakan warisan budaya leluhur kita," kata Bu Sutarmi. "Melestarikan seni ini berarti menjaga budaya lokal kita." Ujarnya
Ia menjelaskan bahwa Cokekan tidak hanya menghibur, tetapi juga memiliki nilai edukasi. Tembang-tembang Jawa yang dibawakan dalam Cokekan mengandung pesan moral yang luhur, seperti budi pekerti, gotong royong, dan nilai-nilai budaya lainnya.
"Tembang-tembang ini mengajarkan kita tentang banyak hal, seperti bagaimana menjadi orang yang baik dan bagaimana hidup rukun dengan sesama," Terang Bu Sutarmi.
Ia menambahkan bahwa Cokekan juga menjadi sarana untuk mempererat tali persaudaraan antar warga. Saat menonton Cokekan, masyarakat dapat berkumpul dan bersenang-senang bersama.
"Kita berharap seni Cokekan ini dapat terus dilestarikan dan digemari oleh generasi muda," kata Bu Sutarmi. "Pemerintah daerah juga diharapkan dapat memberikan dukungan untuk pengembangan seni ini." Harapnya
Baca Juga Berita Sebelumnya: