Dero.desa.id - Di tengah gempuran era globalisasi yang kian mengikis nilai-nilai budaya, masyarakat Dusun Tegal Duwur, Desa Dero, Kecamatan Bringin, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, tetap teguh dalam melestarikan tradisi leluhur mereka, salah satunya bernama tradisi mendak.
Tradisi slametan mendak merupakan rangkaian kegiatan pasca kematian yang dilakukan untuk mendoakan arwah leluhur dan mempererat tali persaudaraan antar warga. Tradisi ini diawali dengan acara mitung dina (tujuh hari), matang puluh dina (empat puluh hari), nyatus (seratus hari), mendak pertama (satu tahun), mendak kedua (dua tahun), dan terakhir nyewu (seribu hari).
"Tujuan utama slametan mendak adalah untuk mendoakan arwah leluhur agar mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Allah SWT," jelas Suparman, salah satu sesepuh dusun.
Melalui tahlil dan bacaan surat Yasin, masyarakat bersama-sama mendoakan arwah leluhur di rumah duka. Tradisi ini juga merupakan pengingat akan kematian, yang mendorong setiap individu untuk berbuat kebajikan dan meninggalkan kejahatan.
Selain nilai religius, tradisi mendak juga memperkuat hubungan antar warga. Pada acara mendak, para ibu bahu membahu menyiapkan makanan, dan kaum laki-laki mempersiapkan tempat dan memimpin doa. Kekompakan dan semangat gotong royong ini menjadi ciri khas tradisi mendak.
Seperti pada hari Selasa malam, 28 Mei 2024, masyarakat Dusun Tegal Duwur khususnys RT 02 RW 01 di undang oleh salah satu keluarga anak dari Alm Narti yang menggelar slametan mendak kedua untuk mendoakan wafatnya Ibu Narti. Semangat kebersamaan dan kepedulian antar warga terlihat jelas dalam persiapan dan pelaksanaan acara.
Sampai saat ini masyarakat dusun tegal duwur terus melestarikan tradisi slametan mendak sebagai warisan budaya yang sarat nilai-nilai luhur. Tradisi ini tidak hanya memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, tetapi juga membangun rasa persaudaraan dan gotong royong antar warga.
Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi slametan mendak:
Tradisi slametan mendak kedua di salah satu warga Dusun Tegal Duwur tersebut merupakan contoh nyata bagaimana masyarakat pedesaan di Indonesia masih teguh dalam menjaga nilai-nilai budaya lokal. Tradisi ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk selalu menghormati leluhur, mendoakan leluhur dan menjaga persaudaraan antar sesama.
Baca Juga Berita Sebelumnya;