Dero.desa.id - Di hamparan sawah yang menguning di Desa Dero, Ngawi, tradisi Methil kembali semarak. Ritual syukur panen padi ini bukan sekadar perayaan, tetapi juga wujud penghormatan kepada Dewi Sri, sang Dewi Padi, dan ungkapan rasa syukur atas limpahan rezeki dari alam semesta.

Lebih dari Sekadar Ritual

Bagi masyarakat Desa Dero, Methil bukan sekadar ritual, tetapi merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya dan identitas mereka. Tradisi ini telah diwariskan turun-temurun dari leluhur, menjadi pengingat lekat akan hubungan harmonis manusia dengan alam.

Menyibak Makna Filosofis Jampi Suruh

Sebelum ritual Methil dimulai, dipersiapkanlah "Jampi Suruh", hidangan yang sarat makna filosofis. Kunir apu melambangkan permohonan ampunan dan doa untuk kelancaran panen berikutnya. Uang Rp10.000,- menjadi simbol rasa syukur dan penghargaan atas jerih payah petani. Takir merepresentasikan doa agar pemilik sawah selalu "Tatak, Tutuk, Tangguh", yaitu teguh pendirian, kokoh dalam prinsip, dan kuat dalam menghadapi rintangan. Tak lupa, Tigan Jawi dihadirkan sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur tanah Jawa.

Prosesi Methil: Menjemput Berkah dari Dewi Sri

Saat padi telah siap panen, para petani berkumpul di sawah mereka masing-masing. Pisang satu "tangkep", jamu sirih, takir, dan telur ayam kampung menjadi persembahan wajib. Dengan penuh rasa syukur, mereka mengelilingi sawah, menaburkan beras dan bunga, serta memanjatkan doa kepada Dewi Sri. Di setiap sudut sawah, diletakkan sesaji sebagai wujud terima kasih atas limpahan panen dan permohonan agar kesuburan tanah terjaga.

Lebih dari Rasa Syukur: Memperkuat Solidaritas dan Melestarikan Kearifan Lokal

Suparman, sesepuh Desa Dero, saat di temui Tim media website Désa Dero pada Senin (01/06) pagi, menuturkan bahwa Methil bukan hanya tentang rasa syukur atas panen berlimpah, tetapi juga tentang memperkuat solidaritas antar petani. Saling membantu dalam mempersiapkan ritual dan berbagi hasil panen menjadi wujud nyata dari semangat kekeluargaan yang tertanam kuat.

Di tengah gempuran modernisasi, Methil menjadi pengingat bahwa nilai-nilai budaya dan rasa syukur kepada alam semesta masih dijunjung tinggi oleh masyarakat Desa Dero. Tradisi ini adalah bukti nyata bagaimana kearifan lokal mampu bertahan dan menjadi identitas yang patut dilestarikan.

Puji Susanti, salah satu istri Perangkat Desa Dero, mengungkapkan rasa syukur yang mendalam atas panen melimpah tahun ini. Ia berharap tradisi Methil dapat terus dilestarikan sebagai warisan budaya desa dan menjadi pengingat bagi generasi muda untuk selalu menghormati alam dan menghargai jerih payah para petani.

Methil: Pesan Moral dan Simbol Ketahanan Budaya

Tradisi Methil di Desa Dero bukan hanya sebuah ritual, tetapi juga sebuah pesan moral tentang rasa syukur, penghormatan terhadap alam, dan pentingnya menjaga kelestarian budaya. Di tengah arus modernisasi, Methil menjadi simbol ketahanan budaya dan bukti nyata bahwa nilai-nilai luhur leluhur masih dipegang teguh oleh masyarakat Desa Dero.

Baca Juga Berita Sebelumnya :

• Menteri PANRB Resmikan MPP Ngawi, Bukti Komitmen Pelayanan Publik Cepat, Mudah, dan Transparan